Utang, Kecemasan, dan Kebohongan yang Berulang-ulang

Hutang, acapkali benar jadi trik salah satunya buat penuhi kebutuhan hidup yang amat menekan.

berutang, pula menggambarkan jalur yang sering ditempuh orang buat menutupi hasrat dan juga tekad duniawi seorang.

berutang, benar pada dasarnya diperbolehkan. namun, bila tidak pandai - pandai mengelola utang, hingga bukan mustahil malah hendak berbeda bak momok sejauh hayatnya.

syekh yahya bin musa az - zahrani, dalam risalahnya berjudul ad - dain bain al - masyru’ wa al - mamnu’, berkata sekalipun utang diperbolehkan, namun sejatinya utang yang tidak dikelola secara disiplin, hendak mendatangkan kecemasan yang luarbiasa. ini sempat terjalin, konon pada era rasulullah saw.

kala itu, rasul sempat berjumpa dengan abu umamah tengah duduk sendirian dan juga termenung di masjid. sementara itu, waktu itu bukan masa penerapan shalat. raut wajahnya nampak kusut. memandang gelagatnya itu, rasul bertanya, terdapat apa gerangan? abu amamah menanggapi, utang telah melilitnya.

utang pula yang kerap membikin malu berjumpa dengan sang pemberi utang. merupakan qais bin saad bin ubadah. dia populer dengan kebaikan dan juga kedermawannya. suka membantu dan juga membagikan utangan kepada para orang sebelah dan juga teman - temannya. kala dia jatuh sakit, tidak satupun yang bergegas menjenguknya.

usut memiliki usut, mereka malu berjumpa dengan sang qais lantaran belum menunaikan utang mereka. mendengar perihal itu, qais terheran - heran, dia tidak sempat memikirkan hartanya. “saya bebaskan utang kamu, ”kata qais. detik itu pula, pintu rumahnya tidak sempat tertutup dari para penjenguk.

seperti itu, kata syekh yahya, contoh dari akibat negatif berutang. terdapat sebagian dampak negative berutang ialah yang kesatu, perasaan takut dan juga cemas.

perihal ini sempat ditegaskan dalam hadis uqbah bin amir. rasul menegaskan jangan hingga diri seorang berulang terkungkung kerasa cemas dalam keadaan yang nyaman. apakah itu, tanya para teman. “ (jeratan) utang, ”titah rasul.

berutang, lanjut syekh yahya, dapat mendesak pengutang mengatakan bohong. ini dicoba menyusul belum terdapatnya keahlian membayarnya maupun karna sebab lain. dikala pembayaran utang jatuh tempo, terdapat aja dorongan buat mangkir dari membayar ataupun minimun mengulur waktu. itu seluruh, dicoba dengan berbohong.

suatu hadis dari aisyah mengatakan, rasul kerap menyerukan dan juga meneladankan supaya berdoa dari jeratan utang - piutang. ini lantaran, acapkali orang yang berutang itu berbohong. “jika dia berutang, perkataannya sering dusta, dan juga janjia kerap tidak ditepati, ”sabda rasul.

dan juga celakanya, ucap syekh yahya, utang dapat kurangi pahala seorang nanti di akhirat. suatu hadis menyebut, terdapat 2 jenis orang yang berutang, ialah kesatu yang bersangkutan wafat dunia dan juga bernazar membayarnya. allah swt, hendak jadi penanggungnya nanti di akhirat.

kedua, orang berutang kemudian wafat sedangkan dia benar tidak bernazar menunaikannya. bila demikian, hingga masing - masing kebaikannya nanti diambil buat menutupi utang - utangnya tersebut.




(sumber: republika. co. id)


0 Response to "Utang, Kecemasan, dan Kebohongan yang Berulang-ulang"

Posting Komentar

wdcfawqafwef